Cerita Petualangan Waktu Vaelith di Chronopolis Flux lahir secara spontan. Saya bukan seorang penulis profesional, bahkan nulis pun ngga bisa. Namun dengan bantuan AI, masukan dan kritikan sahabat-sahabat, saya jadi lebih terdorong ingin berbagi cerita.
Suatu pagi yang hening di musim dingin, sambil menyeruput kopi, saya teringat masa-masa indah di pelajaran filsafat pada akhir 1980-an di Joke Smith School. Pada saat itu, untuk pertama kalinya saya bertemu dengan pemikiran Henri Bergson (1859-1941), seorang filsuf Perancis yang merevolusi cara kita memahami waktu, kehidupan, dan kesadaran. Konsep-konsepnya seperti durée (waktu subjektif, bukan linear seperti jam atau kalender) dan élan vital (semangat hidup kreativitas) terasa hidup dan memicu pertanyaan dalam diri: apakah gagasan abstrak ini bisa menjadi inti sebuah cerita?
Saat itu juga, saya langsung menyalakan komputer. Tiba-tiba, sekilas terbayang masa kecil di Jakarta, di sebuah rumah kecil di Tebet. Waktu dulu terasa luas dan penuh petualangan. Perjalanan ke kamar mandi rasanya seperti ekspedisi, meskipun hanya menapak sepetak ruangan. Sekarang di era digital, waktu seringkali berlari begitu cepat, hingga kita lupa untuk sungguh-sungguh menghayatinya. Ibaratnya seperti angin yang datang dan pergi tanpa menyapa.
Semakin dalam saya merenung, semakin jelas bahwa cerita ini tidak boleh berhenti hanya pada filsafatnya Bergson belaka. Kini dunia mengubah cara kita meng-alam-i waktu. Teknologi digital, kecerdasan buatan, dan revolusi informasi tak hanya mengubah cara kita berfikir dan berinteraksi. Tetapi pada saat yang bersamaan, timbul pertanyaan ulang soal makna identitas diri dan tempat kita di tengah derasnya informasi.
Dari refleksi itulah akhirnya lahir Petualangan Waktu Vaelith di Chronopolis Flux. Sebuah eksperimen fiksi ilmiah (sci-fi) yang mencoba menggabungkan filsafat, sejarah, dan fenomena sosial dalam sebuah narasi petualangan melintasi waktu, teknologi, dan kemanusiaan.
Chronopolis Flux, entitas holografik di tahun 2125 yang berdenyut bersama aliran waktu, penuh keajaiban dan tantangan. Di sanalah Vaelith, seorang gadis dengan gelora jiwa rasa ingin tahu yang tak terbatas, bertemu dengan Profesor Aetherion Nexus, manifestasi dari Kesadaran Kolektif metropolis dan Zephyr, aktivis dari zona glits. Bersama mereka, kita diajak melintasi waktu bahwa kemajuan teknologi bukan tujuan akhir, melainkan sarana memperkuat nilai-nilai kemanusiaan.
Beberapa catatan: istilah durée dan élan vital sengaja dipertahankan dalam bahasa aslinya untuk menjaga makna filosofis Bergson. Jangan khawatir jika kamu belum akrab dengan pemikirannya, karena cerita ini dirancang untuk dinikmati oleh semua kalangan, baik yang menyukai filsafat maupun yang sekadar ingin merasakan lintasan petualangan waktu.
Ayo, kita mulai Petualangan Waktu Vaelith di Chronopolis Flux atau Download. Seperti secangkir kopi di pagi hari, nikmatilah cerita ini perlahan. Rasakan aromanya, hayati setiap tegukannya, dan biarkan imajinasimu mengalir bersama alurnya.
Akhir kata, saya berterima kasih sudah bersedia untuk menemani Vaelith menelusuri jalan berliku di Chronopolis Flux. Mari kita mengeksplorasi waktu, teknologi, dan kemanusiaan, seraya menyadari bahwa setiap detik dalam hidup adalah anugerah; sebuah kesempatan untuk merasakan, mencipta, dan bersyukur.
Salam hangat,
~ Blue Tux ~