Pusaran cahaya keemasan berputar lembut. Vaelith menarik napas dalam-dalam, merasakan dirinya hidup dan bernapas selaras dengan denyut alam semesta.
Di antara cahaya itu, bayangan-bayangan samar bergelombang: wajah manusia, hutan bercahaya, gedung-gedung futuristik dari masa depan. Bahkan bintang-bintang berputar mengikuti detak kosmik. Semua berirama, bergerak cepat. Kilasan kehidupan tiada terhitung, terurai dalam harmoni penuh energi yang memikat sekaligus menantang.
“Portal ini bukan sekadar gerbang, melainkan wujud hubunganmu dengan aliran waktu universal,” suara Profesor Aetherion bergetar lembut, serupa hembusan angin kosmik yang membawa makna dalam setiap hela.
Ketika Vaelith ingin melangkah ke portal, bisiknya, “Apakah aku siap untuk ini, Profesor?” Matanya yang hijau memantulkan sinar portal seperti dua kolam yang dalam tanpa dasar. Nada suaranya memadukan keberanian dengan kelembutan keraguan.
“Kau lebih dari siap,” jawab Aetherion dengan ketegasan yang tenang. Sosoknya bersinar, jubah ungunya menari dalam denyut cahaya nan anggun.
“Karena kau telah mencapai kesadaran quantum” lanjutnya tersenyum bangga.
“Ingatlah, perjalanan ini bukan hanya menembus masa lalu atau melompat ke masa depan. Kau akan menapaki kesadaran yang lebih dalam. Membuka tabir realitas quantum. Menyaksikan dunia bukan hanya sebagaimana adanya, melainkan segala kemungkinan yang bisa terjadi. Setiap pilihanmu menabur benih semesta baru, takdir yang bercabang dan hidup.”
Vaelith menghela napas panjang. Gelang nano di pergelangannya berdenyut serasi. Cahaya biru berpadu dengan warna keemasan portal, seperti instrumen simfoni kosmik yang saling mengisi. Ia melangkah maju, udara hangat menyentuh kulitnya dengan lembut bagaikan angin musim semi. Portal itu kini bukan asing, memanggilnya dengan bisu yang penuh harap.
“Aku siap! Terima kasih untuk bimbinganmu, Prof,” sambutnya mengalun yakin.
Mata kelabu keperakan Profesor berkilat lembut, bersinar penuh harap.
“Jangan lupa. Waktu bukan garis lurus, bukan lingkaran mati. Melainkan aliran yang hidup, selaras, dan penuh misteri. Kau adalah bagian dari aliran itu. Jangan takut tersesat, karena setiap langkahmu adalah bagian dari evolusi.”
Dengan pijakan mantap, Vaelith tenggelam dalam cahaya emas portal. Ia merasakan sensasi yang tak terlukiskan, setiap sel tubuhnya melebur menjadi energi murni hangat. Tubuhnya sekejap lenyap, hanya frekuensi murni tanpa batas.
Kesadarannya melebur ke dalam arus kosmik, merasakan denyut alam semesta dari dalam dirinya. Ia hanyalah setetes air yang bergabung ke samudra luas, seluas jagat raya. Di sanalah benang-benang emas terhampar luas. Momen demi momen kehidupan terajut bak anyaman rumit tak berujung.
Sejarah Chronopolis Flux, percakapan hangat, tawa riang, pilihan-pilihan kecil, semuanya terbuka, jelas di depannya. Gadis itu melihat neneknya berbicara di forum ilmiah. Dirinya di saat masih kecil yang nyaman di pangkuan sang nenek. Juga ada bayangan masa depannya yang berani, berdiri menginspirasi dengan gagasan keseimbangan antara manusia dan mesin di tengah kerumunan massa.
Seketika, dirinya tersedot ke satu benang cahaya halus. Di hadapannya terhampar taman holografik yang bercahaya halus. Seorang anak kecil duduk bermain dengan burung citra virtual, wajahnya familiar dan membuatnya terperana. Anak itu tersenyum. Matanya berkilau penuh kehangatan.
“Kamu sudah jauh sampai sini, ya?”
Vaelith terdiam dalam keheningan.
“Aku? Aku kamu?”
Anak kecil itu tertawa ringan, seperti denting lonceng yang murni. Anak itu ternyata dirinya sendiri.
“Bukan hanya aku, bukan kamu aja. Kita adalah aliran yang sama. Waktu bukan tentang kapan atau di mana, melainkan bagaimana kita terhubung.”
Fragmen itu memudar. Selaras tarikan nafas, melebur dalam pusaran energi quantum. Muncul sosok dirinya yang lebih tua, berdiri tegap di tepi gedung holografik saat matahari virtual mulai terbit.
Siluetnya kuat, penuh keyakinan. Ia menatap Vaelith muda dan tersenyum hangat.
“Jangan takut menjelajah. Setiap langkahmu adalah bagian dari evolusi.”
Kesadarannya kembali mengalir dalam portal. Kini Vaelith menyadari, ia adalah energi, arus, dan bagian dari konser alam semesta yang agung. Portal berpijar semakin terang, lalu melebur, menyeretnya ke tujuan pertamanya dalam perjalanan waktu.
Dalam hatinya, Vaelith merasakan sesuatu yang berbeda. Setiap napas, setiap detik, setiap pikiran menyatu dalam harmoni besar sebuah orkestra kehidupan. Rupa baru dari suatu perjalanan yang tak pernah berakhir.